Selasa, 10 Desember 2013

Cerpen Super 7 Kehilangannya By : Nur Fadilah Syawal



Cerpen
>>>>♡Kehilangan Nya♡<<<<

Title : Kehilangannya
Author : Nur Fadilah Syawal è Dylah Mikayla BSF
Theme : Persahabatan, Cinta
Genre : Sad, and entahlah -_-
Cast :
~Karel Susanteo
~(Nama Kamu)
~MSwittinS

Ada yang gak suka cast-nya ? kenapa Karel mulu ? Sorry mbak, gue KarelSwag, tolong dipahamin yeh~~ ;) ..ada yang gak suka ada SwittinS nya? Maap Maap yeh, gue Sahabat SwittinS, jadi gak ada salahnya dong gue masukin idola gue :p

~No Copas
~No Maling
~No Edit
~No ngaku2
~Nobody Nobody But You
( ´) (^_^) (^_^) *cuma nyanyii * 

..Like before read !!
Boleh d share, tpi jangan d copas , apalgi ngedit !
Ɣg copas + edit , gua sumpain JERAWATAN SEUMUR HIDUP , amiin

PLUM !!

Satu lagi dari batu2 kecil di dekat ku, tenggelam ke dalam danau. Tapi, berapa pun batu yang ku lemparkan, tetap saja hatiku tidak akan pernah berhenti bersedih. Walau batu batu disini habis sekalipun, mungkin tidak bisa membuat semuanya kembali.

“(Nama kamu), udah hampir gelap nih ! pulang yuk !”, ajak Cindy menarik lenganku. Tapi aku masih mematung, membiarkan Cindy berusaha menarik lengan ku yang sengaja ku lemaskan, yg berarti ‘aku tidak ingin pulang !’

“Ayo dong, (Nama kamu) ! langit sekarang mendung loh ! bentar lagi ujan ! mendingan kita pulang !”, Celine juga mulai ikut merayu ku. Dengan mengalasankan awan awan gelap yang mulai menutupi langit.

Aku tetap beku..

“Eh, mending kita minum coklat hangat di rumah kamu ! mama kamu kan pinter banget buat coklat hangat, dan kamu kan juga suka ! biasanya kan kita minum coklat tiap sore kayak gini sama Kaa..”, ucapan Tasya mendadak terpotong karena Chinta segera menyenggol lengan sahabatnya ini.

Aku mengerti, tadi Tasya ingin menyebutkan nama “Karel”. Tapi Chinta segera mengingatkan agar Tasya tak mengungkit soal Karel lagi. Aku tau sahabat2ku ini berusaha menghibur dan menyemangati ku. Tapi, sepertinya sekarang ini, aku sudah tidak perlu hiburan lagi, aku hanya ingin pergi.. jauuh.. dan tak kembali ! seperti Karel.

~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~

Semuanya berawal dari ide gila ku untuk menguji ketulusan Karel. Aku, Karel, Chinta, Tasya, Cindy dan Celine adalah sahabat sejak kecil. Kami tinggal di kompleks yang sama, bersekolah di tempat yang sama, dan melakukan apapun bersama. Kami ber-6 tdk pernah mau berpisah, setiap istirahat, kami akan ke perpust ataupun ke kantin bersama, walaupun sebenarnya kami berbeda-beda kelas.

Banyak di antara anak-anak di sekolah, yang menertawakan Karel. Mereka beranggapan bahwa cowok yang sukanya gabung sama cewek adalah cowok jadi jadian alias banci. Tapi Karel tidak pernah peduli, dia tetap ingin bersama kami. Apalagi, Karel adalah kapten basket di sekolah, selain basket, dia juga jago bola, jadi, apa masih bisa mereka menyebut sahabatku itu Banci ?

Kembali ke topic, hari itu, Karel menyatakan hal yang tidak ku duga, dia bilang dia mencintai ku. Sebenarnya, aku juga merasakan hal yang sama, tapi, aku mengingat sesuatu…

“Sorry Rel, tapi gua gak bisa pacaran sama orang yang agamanya beda !”, ucapku menolaknya dgn halus.

“Agama ? siapa yang larang ? orang tua kamu ?”, Tanya Karel

“Yah, mungkin ! tapi, selain itu, ini juga udah jadi prinsip hidup aku, Rel ! aku gak mau pacaran, sama orang non muslim !”, *sorry bawa2 agama*

Karel terdiam.

“Maaf, Rel ! maaf !”, ucapku sebelum melangkah meninggalkannya.

Aku segera berlari menjauh dari danau tempat aku dan Karel tadi. Sedangkan Karel masih membatu disana.

Suara gemuruh mulai ku dengar dari langit, bumi akan segera di guyur hujan. Aku mempercepat langkah, tapi aku malah terjatuh, bersamaan dengan jatuhnya benda2 bening itu dari langit.

Aku menangis, bukan karena sakitnya kaki ku yang terkilir hingga membuatku terjatuh, tapi aku merasa tlah membuat seseorang kecewa, dan yang paling sakit adalah karena aku membohongi perasaan ku sendiri.

~~o0o ~~o0o~~~

Semenjak kejadian itu, aku tidak pernah bergabung lagi dengan sahabat-sahabat ku. Aku lebih memilih menghindari mereka, karena aku tidak ingin bertemu dgn Karel. Tujuan ku hanya 1 : Membunuh rasa cintanya !

“(Nama kamu), lo kenapa sih ?”, tanya Celine yang sengaja menghampiri ku di kelas.

“Gak papah !”, jawab ku singkat

“Boong ! kenapa lo ngejauhin kita ?”, Celine mencoba mencari jawaban

“Gua punya masalah !”

“Masalah apa ? sama siapa ?”

“Sama salah satu di antara kalian !”,

“Siapa ?”, Celine semakin penasaran.

Aku hanya menarik nafas panjang, dan tak sengaja melihat sahabat2 ku yg lain, yaitu Karel, Chinta , Tasya dan Cindy ada di depan kelas.
Karel menatapku, tapi aku hanya memutar mata dan berkata pada Celine, “Karel !”, ucap ku pendek.

“Karel ? kok bisa ?”

“Ah, nanya mulu lo ahh ! udah pergi2 !”, ucapku sedikit kasar dan keras, sehingga membuat seisi kelas menatap ke arah ku dn Celine. Tanpa panduan lagi, Celine segera pergi bersama sahabatku yang lainnya.

Aku menatap pintu kelas yang kini kosong. Tak terasa titik demi titik air mulai berlinangan dari pelupuk mataku. Apa yang telah ku lakukan ? belum selesai masalahku dgn Karel, sekarang aku membuat masalah lagi dgn sahabatku yg lain. Apa mereka akan membenciku ?

~~o0o~~o0o~~

Dear diary…

Sepertinya hari-hariku sangat menyedihkan, setiap hari aku menangis dan kesepian. Sahabat-sahabatku ? kini mereka benar-benar membenciku ! sepertinya ?!! aku juga tidak mengerti, yang jelas, seketika dunia ku berubah karena kejadian itu. Itulah sebabnya aku tidak pernah mengharap ada cinta yang hadir dalam persahabatan, karena jika sudah begini, persahabatan itu rusak begitu saja !

Aku menutup buku harian ku, dan mulai merapatkan kepala pada meja belajarku. Aku coba memejamkan mata, mungkin tidur siang bisa membuat ku lebih baik.

Tiba2 handphone ku berdering …
Ku lihat di layar “KAREL JELEKK :P ” , ada pesan darinya.

(NAMA KAMU) …

Hanya nama ku yang ada di dalam pesan singkat itu. Apa maksudnya ? ah, aku tidak perduli !

Kembali handphone ku bordering, tapi kini dgn nada yg berbeda, kali ini bukan sms, tapi telfon.

Dari Karel Jelekk lagi ? apa maunya sih, orang ini ?

Aku membiarkan handphone ku begetar dan bordering sesuka hatinya. Aku tidak mau mengangkat telfon itu.

Menit demi menit berlalu… kini handphone itu diam. Dan di layar sudah terlihat 13 panggilan tidak terjawab dan satu pesan masuk. Aku mengabaikan pembaruan telfon itu dan membuka sms nya saja.

By : Karel Jelekk
To : (Nama kamu)

(Nama kamu) jelekk ! angkat dong, atau bales kek gitu ! lo gak tau apa, tangan gua udah keriting tau mencet2 hp mulu ! mana gua lagi di jalan lagi, kalo gua kecelakaan mau tanggung lo ??

Tidak terasa aku tertawa geli membaca pesan itu. Dasar Karel ! sempet2nya ngomel2 ! ahahahahah.

Sekali lagi hanpdone ku bordering, dan entah mengapa, jari ku segera memencet tombol jawab.

“Halo “, ucapku ragu

“Halo ! kemana ajah, Neng ? buang aer ? aer jangan di buang2, hemat energy ! sayangi bumi ini !”, ku dengar lawakan Karel dari seberang sana. Aku kembali tertawa. Tertawa karena lawakannya dan juga Karena aku senang, ternyata dia tidak membenciku bahkan sekarang dia bicara seolah tidak pernah terjadi apa2, seolah kami masih sahabat seperti dulu.

“Yeeeh.. nih orang malah diem, masih lanjut buang aernya yak ?”, Karel kembali bersuara.

“Enak ajah ! siapa yg buang air sih ! gua gak buang air yah, tapi buang api !”

“Ahahahahah, garing !”

“Kalo garing, ngapain situ ketawa ?”

“Biar situ kagak tersinggung ajah gitu, soalnya lawakannya gak berhasil ! kayaknya lo harus belajar banyak dari gue !”, Karel dgn nada sombong

“Ogah belajar sama lo ! belajar sama pak Budi ajah gue gak ngarti, apalagi belajar sama lo !”

“Ngehina Karel Susanteo rupanya ? belum tau ?”

“Belum :p !”

“Gua belum selesai ngomong , eneng !”

“Emang lo mau ngomong apa ?”

“Soal yg waktu itu, di danau !”, bls Karel, entah bercanda atau apa ?

“Gak usah di bahas !”, ketusku

“Ayolah, (nama kamu), gue serius ini ! gue bersedia kok masuk Islam !”

“Hah?????”, shock ku

“Gue gak butuh HAH ! gua Cuma pengen lu denger, gue bilang ini … Ashadu a.. aaaaaaaaarghhh !!

Ku dengar suara hantaman dan gemuruh yang sangat keras yang membuat Karel berhenti melakukan aksi gilanya.

“Karel ? oey, lu jangan bercanda ahh !”, ucapku menunggu jawaban darinya

“Kareeel ? gak lucu tau ! lo kemana ??”, aku kebingungan dan menatap hp ku, ternyata sambungan telfonnya sudah terputus.

Aku coba menelfon Karel balik. Sudah 2 kali, tapi tidak ada jawaban bahkan di telfon yg kedua kalinya, nomernya sudah tidak aktif, ada apa sebenarnya ?. Tiba2 hp ku bordering, ada telfon dari Celine. Cepat2 aku mengangkatnya.

“Iyah, ada apa, Cel ?”, Tanya ku

“(Nama kamu) lo harus kesini ! cepetan !”, perintah Celine dengan nafas terburu-buru

“Emang ada apa ?”, heran ku

“Kan gini, tadi gue sama Tasya, Chinta sama Cindy lagi jalan2 di …
Tiba2 Tasya merampas handponeNya, “Ah, gak usah di jelasin dari awal, Celine sayang ! kepanjangan dodol !”, ku dengar Tasya ngomel2
“Ah sini deh !”, kini ku dengar suara Cindy yg sepertinya merampas hp itu jga dri tangan Tasya.

“Halo, ( namakamu) !”, Cindy coba mengatur nafas

“Ada apa, Cin ?”, aku semakin di buat heran dgn kehebohan yg sepertinya terjadi di seberang sana.

“(Nama kamu), Karel kecelakaan !”

“Boong ?”, aku tidak percaya

“Astaga ! serius ! dia nabrak pohon yang ada di depan kompleks, kalo gak percaya, coba lo kesini !”, Cindy terdengar gusar

“Serius lo ?”

“Ya ampun, serius ! astaga nih, orang ! kesini lo buruan !”, perintah Cindy

Tanpa pikir panjang aku segera berlari…

GUE LAGI DI JALAN, LO MAU GUE KECELAKAAN ?

Terbayang lagi kata2 Karel di kepala ku

GUE CINTA SAMA LO !

LO HARUS DENGER GUE BILANG ..

ASHADUU..

Aku mendaratkan kedua kaki ku tepat di dekat kerumunan orang yg sangat banyak. Segera ku cari orang yg ku kenal, dan tiba2 Chinta menghampiriku dgn menangis

“Mana Karel ?”, Tanya ku

“Dia udh di bawa ke rumah sakit, Mamanya, Si Tasya, Celine dan Cindy ngikut, dan gue di suruh nungguin lo, sekarang, yuk kita nyusul mereka !”, jelas Chinta masih terisak.

“Ayo !”, aku segera menarik lengan Chinta untuk memberhentikan Taxi.

~~o0o~~o0o~~

Suara hentakan kaki ku dn Chinta terdengar bergemuruh di sepanjang koridor rumah sakit. Kami berlari tak tentu arah sambil menangis. Tujuan kami adalah ruang IGD.

Samar ruangan itu sudah tampak di ujung lorong, dan kulihat Cindy yang melambai ke arah kami. Kami mempercepat langkah.

“Karel tidak dapat tertolong lagi !”

Kata2 itu yg pertama kali ku dengar saat sampai di dekat dokter, Orang tua Karel, dan sahabat2ku.

Seketika rasanya kaki ku kehilangan keseimbangan dan akhirnya gelap.

~~o0o~~o0o~~

Aroma minyak kayu putih sangat menyengat. Perlahan aku membuka mata. Dan kulihat semua orang sekarang ada disini. Aku coba bangkit dan segera memeluk mama. Menumpahkan semua kesedihan yg kurasa.
“Sssst… (nama kamu) sabar sayang !”, Mama mengelus rambutku. Aku tetap terisak.

“Karel akan di makam kan besok pagi”, Tasya bersuara dgn sisa suara yg ia miliki, suaranya hampir habis karena sejak tadi menangis. Aku hanya menatap ke-4 sahabat ku yg masih tersedu… Tuhan, kenapa kau lakukan ini ?

~~o0o~~o0o~~

Aku menangis memeluk nisan berbentuk salip yg bertuliskan nama KAREL SUSANTEO . pagi ini Karel pergi, dgn status masih beragama nasrani. Aku tidak menyalahkanNya, aku menyesal membuatnya hampir saja meninggalkan agamanya. Tapi kenapa dia pergi ? dia pergi sebelum menyelesaikan 2 kalimat syahadatnya ? Ya Allah, apa kau murka ? apa kau tidak menizinkannya menjadi seorang muslim ? tapi kenapa harus dia ? kenapa harus dia yg pergi ? ini semua salahku ? andai hari itu, aku tidak pernah menjadikan agama sebagai alasan. Aku benar-benar menyesal.

~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~

“(Nama kamu) pulang yuk !”, sekali lagi Cindy meminta

“Gue gak mau ! kalo kalian mau pulang, yaudah pulang ajh sana !”

“(nama kamu) please deh ! bentar lagi tuh ujan ! nanti lo sakit !”, Celine

“Biarin ajh ! biar gue mati sekalian !”

“Hustt ! (nama kamu) apaan2 sih ?”, Tasya

“Okey, kalo lo gak mau pulang, kita juga bakal tetep disini !”, Chinta duduk di samping kiri ku.

“Iyah, kita bakal nemenin lo !”, Celine jga duduk di sisi kanan ku. Diikuti Cindy yg juga ikut mengambil deretan di antara kami. Hanya Tasya yang tetap berdiri di depan ku sambil menatap danau dan langit yang semakin gelap. Dari gerak gerik nya yang seperti orang yang sedang gelisah, aku bisa menebak, pasti dia sangat ingin pulang sebelum hujan turun.

“Dasar keras kepala ! Kalo gak kuat, gak usah sok gak mau pulang !”, sinis ku menyindir Tasya

“Lo yg keras kepala !”, Tasya membalas ku dgn lebih sinis lagi

“Ngapain lo ngikut2 keras kepala juga ? udah deh, kalian pulang ajah !”

“Lo tuh apa2an sih ? knapa lo slalu begini ? lo gak nyadar juga yah ? gara2 sikap lo yg kayak begini, yg bikin sahabat kita pergi ! gue tau, Karel kecelakaan, tapi itu semua pasti karena lo ! lo yg keras kepala, yg egois, yg gak pernah ngertiin kita !”, bentak Tasya dgn segenap amarahnya.

“Sya, udah !”, Cindy

Aku memandangi Tasya yg kini berdiri di depan ku. Kedua tangannya terlipat di depan dada dan pandangannya sengaja ia buang sejauh mungkin.

“Sorry !”, aku berdiri memeluk Tasya. “Sorry, gue udah bikin kalian khawatir, sorry gue bikin Karel pergi, sorry gue udah ngatain lo keras kepala !”, ucapku mulai menangis.

Tasya segera membalas pelukanku, “Gue juga minta maaf udah ngebentak lo ! gue gak maksud ngomong gitu ! bukan lo kok penyebab Karel pergi !”, air mata Tasya juga mulai membasahi bajuku.

“Kita tau, lo kehilangan dia, kita juga sama ! kita semua kehilangan sosok Karel , sahabat kita !”, Celine dan yg lainnya ikut berdiri, aku dan Tasya merenggangkan pelukan.

“Tapi kita gak mau ngeliat lo terus terpuruk dan sedih kayak gini, (nama kamu) !”, Cindy menghapus air mata ku.

“Apalagi lo mau ngebahayain diri lo dgn gak mau pulang ! pasti orang tua lo nyariin lo ! kita pun juga ! please, (nama kamu) stop nyiksa diri lo kayak gini ! justru ini yang bakal bikin Karel sedih disana !”, Chinta

“Jadi please, jangan kayak gini lagi yah ?”, Tasya menggenggam erat tanganku.

Aku mengangguk, dan kami berlima kembali berpelukan. Di temani hujan yg mulai membasahi bumi. Aku merasakan kehangatan dan kenyamanan ada dalam pelukan mereka. Aku memang kehilangan Karel, tapi aku tidak boleh lupa, kalau aku masih mempunyai sahabat-sahabat yang juga sangat menyayangiku.

Bersama mereka, kami akan tetap melanjutkan hidup dan kisah persahabatan ini sampai satu per satu diantara kami termakan oleh usia. Aku tidak tahu kapan aku juga akan pergi seperti Karel ?! tapi yang jelas, setiap hari kami akan tetap selalu ditemani olehnya, karena Karel selalu ada di hati kami. Kami percaya, KEMATIAN TIDAK MENGAKHIRI HAL YANG SEHARUSNYA INDAH.


~~o0o~~o0o~~o0o~~

Abis ajah yah ? gue lagi males mikir -_- ! Byeeee…


Like è Super Seven The Best di Hati Seveners
Like è Cerpen Cerbung Super 7 By Seveners


..:: Eneng’dylah ::..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar