Cerpen
>>>>♡Kehilangan Nya♡<<<<
Title : Kehilangannya
Title : Kehilangannya
Author : Nur Fadilah Syawal è
Dylah Mikayla BSF
Theme : Persahabatan, Cinta
Genre : Sad, and entahlah -_-
Cast :
~Karel Susanteo
~(Nama Kamu)
~MSwittinS
Ada yang gak suka cast-nya ? kenapa
Karel mulu ? Sorry mbak, gue KarelSwag, tolong dipahamin yeh~~ ;) ..ada yang
gak suka ada SwittinS nya? Maap Maap yeh, gue Sahabat SwittinS, jadi gak ada
salahnya dong gue masukin idola gue :p
~No Copas
~No Maling
~No Edit
~No ngaku2
~Nobody Nobody But You ♫♪♫( ´▽`) ヘ(^_^ヘ) (ノ^_^)ノ *cuma nyanyii *
..Like before read !!
Boleh d share, tpi jangan d copas , apalgi ngedit ! Ɣg copas + edit , gua sumpain JERAWATAN SEUMUR HIDUP , amiin
PLUM
!!
Satu
lagi dari batu2 kecil di dekat ku, tenggelam ke dalam danau. Tapi, berapa pun
batu yang ku lemparkan, tetap saja hatiku tidak akan pernah berhenti bersedih.
Walau batu batu disini habis sekalipun, mungkin tidak bisa membuat semuanya
kembali.
“(Nama
kamu), udah hampir gelap nih ! pulang yuk !”, ajak Cindy menarik lenganku. Tapi
aku masih mematung, membiarkan Cindy berusaha menarik lengan ku yang sengaja ku
lemaskan, yg berarti ‘aku tidak ingin pulang !’
“Ayo
dong, (Nama kamu) ! langit sekarang mendung loh ! bentar lagi ujan ! mendingan
kita pulang !”, Celine juga mulai ikut merayu ku. Dengan mengalasankan awan
awan gelap yang mulai menutupi langit.
Aku
tetap beku..
“Eh,
mending kita minum coklat hangat di rumah kamu ! mama kamu kan pinter banget
buat coklat hangat, dan kamu kan juga suka ! biasanya kan kita minum coklat
tiap sore kayak gini sama Kaa..”, ucapan Tasya mendadak terpotong karena Chinta
segera menyenggol lengan sahabatnya ini.
Aku
mengerti, tadi Tasya ingin menyebutkan nama “Karel”. Tapi Chinta segera
mengingatkan agar Tasya tak mengungkit soal Karel lagi. Aku tau sahabat2ku ini
berusaha menghibur dan menyemangati ku. Tapi, sepertinya sekarang ini, aku
sudah tidak perlu hiburan lagi, aku hanya ingin pergi.. jauuh.. dan tak kembali
! seperti Karel.
~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~
Semuanya
berawal dari ide gila ku untuk menguji ketulusan Karel. Aku, Karel, Chinta,
Tasya, Cindy dan Celine adalah sahabat sejak kecil. Kami tinggal di kompleks
yang sama, bersekolah di tempat yang sama, dan melakukan apapun bersama. Kami
ber-6 tdk pernah mau berpisah, setiap istirahat, kami akan ke perpust ataupun
ke kantin bersama, walaupun sebenarnya kami berbeda-beda kelas.
Banyak
di antara anak-anak di sekolah, yang menertawakan Karel. Mereka beranggapan
bahwa cowok yang sukanya gabung sama cewek adalah cowok jadi jadian alias
banci. Tapi Karel tidak pernah peduli, dia tetap ingin bersama kami. Apalagi,
Karel adalah kapten basket di sekolah, selain basket, dia juga jago bola, jadi,
apa masih bisa mereka menyebut sahabatku itu Banci ?
Kembali
ke topic, hari itu, Karel menyatakan hal yang tidak ku duga, dia bilang dia
mencintai ku. Sebenarnya, aku juga merasakan hal yang sama, tapi, aku mengingat
sesuatu…
“Sorry
Rel, tapi gua gak bisa pacaran sama orang yang agamanya beda !”, ucapku
menolaknya dgn halus.
“Agama
? siapa yang larang ? orang tua kamu ?”, Tanya Karel
“Yah,
mungkin ! tapi, selain itu, ini juga udah jadi prinsip hidup aku, Rel ! aku gak
mau pacaran, sama orang non muslim !”, *sorry bawa2 agama*
Karel
terdiam.
“Maaf,
Rel ! maaf !”, ucapku sebelum melangkah meninggalkannya.
Aku
segera berlari menjauh dari danau tempat aku dan Karel tadi. Sedangkan Karel
masih membatu disana.
Suara
gemuruh mulai ku dengar dari langit, bumi akan segera di guyur hujan. Aku
mempercepat langkah, tapi aku malah terjatuh, bersamaan dengan jatuhnya benda2
bening itu dari langit.
Aku
menangis, bukan karena sakitnya kaki ku yang terkilir hingga membuatku
terjatuh, tapi aku merasa tlah membuat seseorang kecewa, dan yang paling sakit
adalah karena aku membohongi perasaan ku sendiri.
~~o0o ~~o0o~~~
Semenjak
kejadian itu, aku tidak pernah bergabung lagi dengan sahabat-sahabat ku. Aku
lebih memilih menghindari mereka, karena aku tidak ingin bertemu dgn Karel. Tujuan
ku hanya 1 : Membunuh rasa cintanya !
“(Nama
kamu), lo kenapa sih ?”, tanya Celine yang sengaja menghampiri ku di kelas.
“Gak
papah !”, jawab ku singkat
“Boong
! kenapa lo ngejauhin kita ?”, Celine mencoba mencari jawaban
“Gua
punya masalah !”
“Masalah
apa ? sama siapa ?”
“Sama
salah satu di antara kalian !”,
“Siapa
?”, Celine semakin penasaran.
Aku
hanya menarik nafas panjang, dan tak sengaja melihat sahabat2 ku yg lain, yaitu
Karel, Chinta , Tasya dan Cindy ada di depan kelas.
Karel
menatapku, tapi aku hanya memutar mata dan berkata pada Celine, “Karel !”, ucap
ku pendek.
“Karel
? kok bisa ?”
“Ah,
nanya mulu lo ahh ! udah pergi2 !”, ucapku sedikit kasar dan keras, sehingga
membuat seisi kelas menatap ke arah ku dn Celine. Tanpa panduan lagi, Celine
segera pergi bersama sahabatku yang lainnya.
Aku
menatap pintu kelas yang kini kosong. Tak terasa titik demi titik air mulai
berlinangan dari pelupuk mataku. Apa yang telah ku lakukan ? belum selesai
masalahku dgn Karel, sekarang aku membuat masalah lagi dgn sahabatku yg lain.
Apa mereka akan membenciku ?
~~o0o~~o0o~~
Dear
diary…
Sepertinya
hari-hariku sangat menyedihkan, setiap hari aku menangis dan kesepian. Sahabat-sahabatku
? kini mereka benar-benar membenciku ! sepertinya ?!! aku juga tidak mengerti,
yang jelas, seketika dunia ku berubah karena kejadian itu. Itulah sebabnya aku
tidak pernah mengharap ada cinta yang hadir dalam persahabatan, karena jika
sudah begini, persahabatan itu rusak begitu saja !
Aku
menutup buku harian ku, dan mulai merapatkan kepala pada meja belajarku. Aku
coba memejamkan mata, mungkin tidur siang bisa membuat ku lebih baik.
Tiba2
handphone ku berdering …
Ku
lihat di layar “KAREL JELEKK :P ” ,
ada pesan darinya.
(NAMA
KAMU) …
Hanya
nama ku yang ada di dalam pesan singkat itu. Apa maksudnya ? ah, aku tidak
perduli !
Kembali
handphone ku bordering, tapi kini dgn nada yg berbeda, kali ini bukan sms, tapi
telfon.
Dari
Karel Jelekk lagi ? apa maunya sih, orang ini ?
Aku
membiarkan handphone ku begetar dan bordering sesuka hatinya. Aku tidak mau
mengangkat telfon itu.
Menit
demi menit berlalu… kini handphone itu diam. Dan di layar sudah terlihat 13
panggilan tidak terjawab dan satu pesan masuk. Aku mengabaikan pembaruan telfon
itu dan membuka sms nya saja.
By
: Karel Jelekk
To
: (Nama kamu)
(Nama
kamu) jelekk ! angkat dong, atau bales kek gitu ! lo gak tau apa, tangan gua
udah keriting tau mencet2 hp mulu ! mana gua lagi di jalan lagi, kalo gua
kecelakaan mau tanggung lo ??
Tidak
terasa aku tertawa geli membaca pesan itu. Dasar Karel ! sempet2nya ngomel2 !
ahahahahah.
Sekali
lagi hanpdone ku bordering, dan entah mengapa, jari ku segera memencet tombol
jawab.
“Halo
“, ucapku ragu
“Halo
! kemana ajah, Neng ? buang aer ? aer jangan di buang2, hemat energy ! sayangi
bumi ini !”, ku dengar lawakan Karel dari seberang sana. Aku kembali tertawa.
Tertawa karena lawakannya dan juga Karena aku senang, ternyata dia tidak
membenciku bahkan sekarang dia bicara seolah tidak pernah terjadi apa2, seolah
kami masih sahabat seperti dulu.
“Yeeeh..
nih orang malah diem, masih lanjut buang aernya yak ?”, Karel kembali bersuara.
“Enak
ajah ! siapa yg buang air sih ! gua gak buang air yah, tapi buang api !”
“Ahahahahah,
garing !”
“Kalo
garing, ngapain situ ketawa ?”
“Biar
situ kagak tersinggung ajah gitu, soalnya lawakannya gak berhasil ! kayaknya lo
harus belajar banyak dari gue !”, Karel dgn nada sombong
“Ogah
belajar sama lo ! belajar sama pak Budi ajah gue gak ngarti, apalagi belajar
sama lo !”
“Ngehina
Karel Susanteo rupanya ? belum tau ?”
“Belum
:p !”
“Gua
belum selesai ngomong , eneng !”
“Emang
lo mau ngomong apa ?”
“Soal
yg waktu itu, di danau !”, bls Karel, entah bercanda atau apa ?
“Gak
usah di bahas !”, ketusku
“Ayolah,
(nama kamu), gue serius ini ! gue bersedia kok masuk Islam !”
“Hah?????”,
shock ku
“Gue
gak butuh HAH ! gua Cuma pengen lu denger, gue bilang ini … Ashadu a..
aaaaaaaaarghhh !!
Ku
dengar suara hantaman dan gemuruh yang sangat keras yang membuat Karel berhenti
melakukan aksi gilanya.
“Karel
? oey, lu jangan bercanda ahh !”, ucapku menunggu jawaban darinya
“Kareeel
? gak lucu tau ! lo kemana ??”, aku kebingungan dan menatap hp ku, ternyata
sambungan telfonnya sudah terputus.
Aku
coba menelfon Karel balik. Sudah 2 kali, tapi tidak ada jawaban bahkan di
telfon yg kedua kalinya, nomernya sudah tidak aktif, ada apa sebenarnya ?.
Tiba2 hp ku bordering, ada telfon dari Celine. Cepat2 aku mengangkatnya.
“Iyah,
ada apa, Cel ?”, Tanya ku
“(Nama
kamu) lo harus kesini ! cepetan !”, perintah Celine dengan nafas terburu-buru
“Emang
ada apa ?”, heran ku
“Kan
gini, tadi gue sama Tasya, Chinta sama Cindy lagi jalan2 di …
Tiba2
Tasya merampas handponeNya, “Ah, gak usah di jelasin dari awal, Celine sayang !
kepanjangan dodol !”, ku dengar Tasya ngomel2
“Ah
sini deh !”, kini ku dengar suara Cindy yg sepertinya merampas hp itu jga dri
tangan Tasya.
“Halo,
( namakamu) !”, Cindy coba mengatur nafas
“Ada
apa, Cin ?”, aku semakin di buat heran dgn kehebohan yg sepertinya terjadi di
seberang sana.
“(Nama
kamu), Karel kecelakaan !”
“Boong
?”, aku tidak percaya
“Astaga
! serius ! dia nabrak pohon yang ada di depan kompleks, kalo gak percaya, coba
lo kesini !”, Cindy terdengar gusar
“Serius
lo ?”
“Ya
ampun, serius ! astaga nih, orang ! kesini lo buruan !”, perintah Cindy
Tanpa
pikir panjang aku segera berlari…
GUE
LAGI DI JALAN, LO MAU GUE KECELAKAAN ?
Terbayang
lagi kata2 Karel di kepala ku
GUE
CINTA SAMA LO !
LO
HARUS DENGER GUE BILANG ..
ASHADUU..
Aku
mendaratkan kedua kaki ku tepat di dekat kerumunan orang yg sangat banyak.
Segera ku cari orang yg ku kenal, dan tiba2 Chinta menghampiriku dgn menangis
“Mana
Karel ?”, Tanya ku
“Dia
udh di bawa ke rumah sakit, Mamanya, Si Tasya, Celine dan Cindy ngikut, dan gue
di suruh nungguin lo, sekarang, yuk kita nyusul mereka !”, jelas Chinta masih
terisak.
“Ayo
!”, aku segera menarik lengan Chinta untuk memberhentikan Taxi.
~~o0o~~o0o~~
Suara
hentakan kaki ku dn Chinta terdengar bergemuruh di sepanjang koridor rumah
sakit. Kami berlari tak tentu arah sambil menangis. Tujuan kami adalah ruang
IGD.
Samar
ruangan itu sudah tampak di ujung lorong, dan kulihat Cindy yang melambai ke
arah kami. Kami mempercepat langkah.
“Karel
tidak dapat tertolong lagi !”
Kata2
itu yg pertama kali ku dengar saat sampai di dekat dokter, Orang tua Karel, dan
sahabat2ku.
Seketika
rasanya kaki ku kehilangan keseimbangan dan akhirnya gelap.
~~o0o~~o0o~~
Aroma
minyak kayu putih sangat menyengat. Perlahan aku membuka mata. Dan kulihat
semua orang sekarang ada disini. Aku coba bangkit dan segera memeluk mama.
Menumpahkan semua kesedihan yg kurasa.
“Sssst…
(nama kamu) sabar sayang !”, Mama mengelus rambutku. Aku tetap terisak.
“Karel
akan di makam kan besok pagi”, Tasya bersuara dgn sisa suara yg ia miliki,
suaranya hampir habis karena sejak tadi menangis. Aku hanya menatap ke-4
sahabat ku yg masih tersedu… Tuhan, kenapa kau lakukan ini ?
~~o0o~~o0o~~
Aku
menangis memeluk nisan berbentuk salip yg bertuliskan nama KAREL SUSANTEO .
pagi ini Karel pergi, dgn status masih beragama nasrani. Aku tidak
menyalahkanNya, aku menyesal membuatnya hampir saja meninggalkan agamanya. Tapi
kenapa dia pergi ? dia pergi sebelum menyelesaikan 2 kalimat syahadatnya ? Ya
Allah, apa kau murka ? apa kau tidak menizinkannya menjadi seorang muslim ?
tapi kenapa harus dia ? kenapa harus dia yg pergi ? ini semua salahku ? andai
hari itu, aku tidak pernah menjadikan agama sebagai alasan. Aku benar-benar
menyesal.
~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~o0o~~
“(Nama
kamu) pulang yuk !”, sekali lagi Cindy meminta
“Gue
gak mau ! kalo kalian mau pulang, yaudah pulang ajh sana !”
“(nama
kamu) please deh ! bentar lagi tuh ujan ! nanti lo sakit !”, Celine
“Biarin
ajh ! biar gue mati sekalian !”
“Hustt
! (nama kamu) apaan2 sih ?”, Tasya
“Okey,
kalo lo gak mau pulang, kita juga bakal tetep disini !”, Chinta duduk di
samping kiri ku.
“Iyah,
kita bakal nemenin lo !”, Celine jga duduk di sisi kanan ku. Diikuti Cindy yg
juga ikut mengambil deretan di antara kami. Hanya Tasya yang tetap berdiri di
depan ku sambil menatap danau dan langit yang semakin gelap. Dari gerak gerik
nya yang seperti orang yang sedang gelisah, aku bisa menebak, pasti dia sangat
ingin pulang sebelum hujan turun.
“Dasar
keras kepala ! Kalo gak kuat, gak usah sok gak mau pulang !”, sinis ku
menyindir Tasya
“Lo
yg keras kepala !”, Tasya membalas ku dgn lebih sinis lagi
“Ngapain
lo ngikut2 keras kepala juga ? udah deh, kalian pulang ajah !”
“Lo
tuh apa2an sih ? knapa lo slalu begini ? lo gak nyadar juga yah ? gara2 sikap
lo yg kayak begini, yg bikin sahabat kita pergi ! gue tau, Karel kecelakaan,
tapi itu semua pasti karena lo ! lo yg keras kepala, yg egois, yg gak pernah
ngertiin kita !”, bentak Tasya dgn segenap amarahnya.
“Sya,
udah !”, Cindy
Aku
memandangi Tasya yg kini berdiri di depan ku. Kedua tangannya terlipat di depan
dada dan pandangannya sengaja ia buang sejauh mungkin.
“Sorry
!”, aku berdiri memeluk Tasya. “Sorry, gue udah bikin kalian khawatir, sorry
gue bikin Karel pergi, sorry gue udah ngatain lo keras kepala !”, ucapku mulai
menangis.
Tasya
segera membalas pelukanku, “Gue juga minta maaf udah ngebentak lo ! gue gak
maksud ngomong gitu ! bukan lo kok penyebab Karel pergi !”, air mata Tasya juga
mulai membasahi bajuku.
“Kita
tau, lo kehilangan dia, kita juga sama ! kita semua kehilangan sosok Karel ,
sahabat kita !”, Celine dan yg lainnya ikut berdiri, aku dan Tasya
merenggangkan pelukan.
“Tapi
kita gak mau ngeliat lo terus terpuruk dan sedih kayak gini, (nama kamu) !”,
Cindy menghapus air mata ku.
“Apalagi
lo mau ngebahayain diri lo dgn gak mau pulang ! pasti orang tua lo nyariin lo !
kita pun juga ! please, (nama kamu) stop nyiksa diri lo kayak gini ! justru ini
yang bakal bikin Karel sedih disana !”, Chinta
“Jadi
please, jangan kayak gini lagi yah ?”, Tasya menggenggam erat tanganku.
Aku
mengangguk, dan kami berlima kembali berpelukan. Di temani hujan yg mulai
membasahi bumi. Aku merasakan kehangatan dan kenyamanan ada dalam pelukan
mereka. Aku memang kehilangan Karel, tapi aku tidak boleh lupa, kalau aku masih
mempunyai sahabat-sahabat yang juga sangat menyayangiku.
Bersama
mereka, kami akan tetap melanjutkan hidup dan kisah persahabatan ini sampai
satu per satu diantara kami termakan oleh usia. Aku tidak tahu kapan aku juga
akan pergi seperti Karel ?! tapi yang jelas, setiap hari kami akan tetap selalu
ditemani olehnya, karena Karel selalu ada di hati kami. Kami percaya, KEMATIAN
TIDAK MENGAKHIRI HAL YANG SEHARUSNYA INDAH.
~~o0o~~o0o~~o0o~~
Abis
ajah yah ? gue lagi males mikir -_- ! Byeeee…
Like
è
Super Seven The Best di Hati Seveners
Like
è
Cerpen Cerbung Super 7 By Seveners
..::
Eneng’dylah ::..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar