Jumat, 17 Januari 2014

Cerpen Super 7 Sebingkai Senyum untuk Kakak Ku [New Version] By : Nur Fadilah Syawal



Cerpen ini sebenarnya cerpenku yang “Senyuman Terakhir”, tapi karena tugas sekolah disuruh buat cerpen, jadi aku edit. Soalnya kalo gaya bahasanya kayak yang di senyuman terakhir, pasti banyak yang gak ngerti (temen2 gue -,- ) …yaudah

Nice reading…!

Sebuah kisah yang bisa di jadikan inspirasi dan pelajaran hidup. Tentang berartinya seseorang yang disebut saudara.

Karya : Nur Fadilah Sawal

Tokoh :
Bidi
Karel
Tante Arini
Chinta
Yang copas, edit, trus ngaku-ngaku gue sumpahin jerawatan seumur hidup ! AmiinYa Allah!

Sebingkai Senyum Untuk Kakakku

Satu lagi sore dengan hujannya yang deras. Tetes air tersebut masih setia menghujani bumi, membasahi apa saja yang dijatuhinya. Tidak seperti sebagian besar orang, mereka akan menyukai anugerah tuhan yang berupa hujan itu, karena selalu ada pelangi yang terbentuk setelah hujan. Tapi aku benci hujan ! hujan selalu mengingatkan ku dengan kejadian itu, kejadian yang membuatku tidak bisa memaafkan diriku sampai kapan pun.
Apa kalian ingin mengetahui peristiwa apa itu ? jika iya, aku harap kalian bersedia membaca ceritaku ini…
Nama ku Bryan Elmi Domani. Tapi orang-orang lebih sering memanggilku Bidi. Aku adalah anak kedua  dari dua bersaudara. Kakakku bernama Karel Susanteo, sebut saja dia Karel. Karel sangat menyayangiku, ia rela melakukan apapun untukku.

~~Flashback On~~
Aku melangkah perlahan menuju pintu. Mungkin jika ada orang yang melihatku, mereka akan mengira bahwa aku adalah pencuri. Bagaimana tidak, malam sudah sangat larut saat ini. Jam digital di tangan ku, menunjukkan pukul 23.52 . ditambah lagi tingkahku yang layaknya seseorang yang sedang mengendap-endap.
            Aku memang sengaja seperti ini, agar tidak ada satu pun orang di rumah mengetahui kehadiranku. Aku bosan mendengar ceramah mereka jika melihat ku baru pulang jam segini.
Ciiiiiit… Perlahan pintu rumah ku buka. Suasana rumah saat ini sangat gelap. Tak ada satu pun lampu yang menyala. Pasti semuanya sudah tertidur. Itulah yang ku harapkan.
            Aku pun menutup pintu saat seluruh bagian tubuhku berada di dalam, dan kembali berjalan perlahan. Tapi tiba-tiba saja lampu ruang tamu menyala. Ku lihat, Tante Arini sudah ada tepat di depanku.
            “Dari mana saja kamu, Bid ?”, tanya Tante Arini tanpa basa basi.
            “Biasalah ! Kayak gak tau ajah sih !?! hati-hati loh, pura-pura bego itu, bisa bikin orang bego beneran !”, balasku dengan nada cuek.
            “Sudah berapa kali tante bilang, kamu jangan teruskan hobi kamu yang boros itu ! apalagi, kebiasaan kamu itu bukan hanya membuang-buang uang, tapi juga membuang waktu. Ingat Bid, status kamu itu masih pelajar, tapi kalau setiap malamnya kamu pulang larut seperti ini, kapan kamu punya waktu buat belajar ?”, omel Tante Arini padaku.
            “Apa lo bilang ? gue ? hamburin uang ? terus, biaya kuliah lo itu apaan ? lo juga make duit bokap nyokap gue ! lo pikir lo siapa ? gue sih mending, gue anaknya, nah ello ? lo tuh cuma adek nyokap yang bisanya cuma gangguin hidup gue !”, sanggah ku dengan kata-kata mutiara yang sedemikian indahnya.
            Mendengar kata-kataku tadi, Tante Arini langsung diam tanpa kata. Hahah, skakmat !! aku menang \(ˆˆ)/ !.
            Lalu aku segera melangkahkan kaki menuju lantai atas, kamarku.

            Aku heran, melihat Karel ada di tempat tidurku. Mengapa dia tidur disini ? apa dia tidak punya kamar ? apa kamarnya sedang terkena banjir, jadi dia mengungsi kesini ? tapi sepertinya tidak mungkin. Kalo kamar Karel kebanjiran, pasti kamar aku juga kena, kan kamar kami berhadapan. Terus, ngapain nih orang disini ?
            “Woe, bangun lo ! Ngapain sih lo disini ?”, bentak ku membangunkannya dengan kasar.
            “Bidi ? akhirnya lo pulang juga. Gua daritadi nungguin lo !”, ucap Karel mencoba duduk di tepian tempat tidur.
            “Ngapain lu nungguin gua ?”, sinis ku
            “Lah, lu kan adek gua ! gua khawatir lu kenapa-napa, lu pasti abis dari balapan lagi kan ?”
            “Kalo iya kenapa ? lagian, sejak kapan lo peduli sama gua ?”
            “Gua selalu khawatirin lu, Bid ! lu jangan pura-pura lupa deh !”
            “Oh really ? I don’t care !”
            “Bid, lu kok jadi kayak gini sih ? mana Bidi yang dulu ? Bidi adek gua yang lembut, yang gak pernah kasar ! inget Bid, papa sama mama pasti kecewa sama lu yang sekarang !”
            “Argh ! lu tuh sama ajah sama si Arini itu ! bisanya cuma ngoceh mulu ! udah sono, keluar lu dari kamar gua !”, ucapku mendorongnya kasar.
            Dengan terpaksa, ia melangkah keluar. Lalu saat ia di luar, Aku membanting pintu, tepat di depan wajahnya. Rasanya, ada kepuasan tersendiri untukku. Hahahahaah, aku puas telah melakukan itu padanya, lagi lagi aku menang (~ˆˆ)~ ~(ˆˆ)~ ~(ˆˆ~).

~~o0o~~o0o~~

          Karel sangat kesal karena perlakuan ku tadi. Pasti ia akan mengatakan “Tidak bisakah kau sedikit menghormati ku, Bid ? aku ini kakak mu ! kakak kandung mu !”. ah, aku tidak perduli !
            Karel merebahkan tubuh di kasur empuk miliknya. Sejenak ia merasa nyaman, mungkin karena ia lelah.
DRRRTT!!
DRRTT!!
            Sebuah getaran panjang terdengar. Karel segera bangkit setelah menyadari bahwa getaran itu berasal dari handphonenya yang bertanda ada sebuah panggilan masuk. Tapi, dimana benda itu sekarang ?
            Menit berikutnya Karel telah mengingat bahwa handphonenya telah ku banting tadi siang. Harusnya hp itu rusak, tapi kenapa masih bergetar ?
            Karel coba menunduk untuk mencarinya. Untunglah benda itu bergetar, jadi Karel dapat dengan mudah mendeteksi keberadaannya. Benda itu tergeletak dekat sekali dengan kolong tempat tidur. Karel segera meraih benda kecil persegi tersebut. Tapi benda itu telah berhenti bergetar.
            Dari layar hp yang sudah retak karena benturan tadi siang itu, terlihat ada 23 panggilan tak terjawab, 11 pesan baru, dan -ВВМ™ dari Chinta. Cepat-cepat Karel menelfonnya balik. Karena pasti Chinta punya keperluan sehingga menghubungi Karel sedemikian sering. Kebetulan juga Karel tadi memang ingin menelfonnya, hanya saja ia takut, Chinta sudah terlelap karena sekarang memang sudah cukup larut.
            “Hallo”,  terdengar suara seorang gadis dari seberang sana. Tidak salah lagi, tentunya dia Chinta.
            “Hallo, Chin. Ada apa kamu kok nelfonin terus ? sorry yah, aku gak angkat, soalnya dari aku makan malam tadi aku langsung ke kamar Bidi nungguin dia pulang.” Jelas Karel tanpa ditanyai.
            “Hm..ya.ya ! gak papah kok, Rel ! gua Cuma khawatir ajah, soalnya gua denger dari tante Arini, lu dan Bidi bertengkar lagi tadi siang, ada apa lagi emangnya ?”, Tanya Chinta. Kalian jangan curiga karena perhatian Chinta. Dia memang anak yang berjiwa social gitu deh, dia itu sahabat terdekatnya kakak ku. Chinta tau semua masalahku dengan kakakku, Karel. Karena Karel tidak pernah segan untuk curhat padanya. Bahkan kata Chinta, Karel sering menangis di depannya, jika mengingat keluarga kami yang kini berantakan. Dan disaat seperti itu, Chinta selalu punya cara untuk menenangkan dan menghibur Karel.
            “Ya, begitulah !”, Karel menjawab pertanyaan Chinta dengan lesu.
            “Memangnya ada apa lagi sih ?”
            “Tadi siang, aku nyembunyiin kunci motornya dia. Soalnya aku gak mau kalo dia balapan lagi. Tapi dia malah ngacak-ngacak kamar aku, terus nyita hp aku. Kita adu mulut cukup lama, dan dia mengancam, kalo aku gak kasih kuncinya, hp aku bakal dia banting. Awalnya sih aku gak mau, kalo Cuma hp sih gak papah, daripada dia ngebahayain dirinya dengan balapan terus ?. tapi masalahnya, dia juga ngancem gak pengen pulang lagi ke rumah. Terpaksa aku kasih kunci itu. Tapi pas kunci itu ada di tangannya dia, dia malah ngebanting hp aku terus pergi gitu ajah.” Karel mengakhiri ceritanya yang sangat miris itu.
            “Astaga, adik lu itu keterlaluan yah ! entah apa yang bisa kita lakuin untuk ngerubah sifatnya itu !”, Chinta juga terdengar lesu.
            “Gua juga gak tau, gua gak punya ide lagi. Eh iyah, kok lu belum tidur ?”
            “Hm…gua gak bisa tidur sebelum denger kabar lu hari ini. Gua kan gak mau ketinggalan status ter-update dari tuan Karel Susanteo !”, kini Chinta dengan nada mengejek.
            “Segitu nge-fansnya yah, mbak ? kalo mau liat status, pantengin ajah fb sama profil gue di bbm ! gampang kan ?”
            “Ah, status lo difb atau di BBM mah selalu basi ! palingan cuma nulis STUDY atau gak BUSY, setdaah !”
            “Ahahahahah, lo tuh emang paling bisa yah ?!”
            “Paling bisa bikin lo ketawa kan ?”
            “Bukan! Tapi paling bisa bikin gue skakmat !”
            “Ahahaha ! kasian deh lo ! lu tuh gak bakal pernah bisa kalah kalo debat sama B’tari Chinta Indrapradnya !”, Chinta membangga-banggakan dirinya.
            “Ya,ya ! udah tidur lu sana ! entar kesiangan lagi !”
            “Okey, bos ! Kalo gitu sampai ketemu besok yeh , Assalamualaikum !”
            “Walaikumsalam”

            Pasti kalian tidak akan percaya, kalau aku itu dulunya anak yang baik dan lembut. Tapi semenjak orang tua ku meninggal, aku jadi urak-urakan, hobi balapan, buang-buang uang. Padahal aku sendiri tau, kalo harta yang keluarga ku miliki tidak akan bertahan lama, karena papah sudah tidak ada. Tidak ada yang mengurusi perusahaannya. Papa bilang, saat aku dan Karel besar nanti kami yang akan mengurusi perusahaan itu, tapi kan sekarang aku masih kelas 1 SMA, mengerjakan tugas matematika saja aku tidak bisa, apalagi soal perusahaan.
            Karel dan Tante Arini sudah sering melarangku. Karena hobi balapanku itu selain buang-buang uang, tapi juga membuang-buang waktu. Aku masih berstatus anak sekolah, tapi banyak waktuku tersita untuk balapan. Bahkan sering sekali aku bolos. Guru-guru sering memarahi Karel karena ulahku.
            Satu lagi sifat buruk ku yang sangat Karel tidak suka, aku sering kurang ajar pada Tante Arini. Padahal, sejak papa dan mama meninggal, hanya tante Arini yang selalu ada untuk kami. Tante Arini itu adik mama, umurnya kira-kira 21 tahun. Dia sekarang lagi sibuk kuliah. Aku sering mengatainya sebagai penghabis keluarga kami, padahal uang yang tante Arini gunakan untuk biaya kuliahnya adalah harta warisan bagiannya.

Esoknya pulang sekolah …
            “Woe, lu ngumpetin kunci motor gua lagi yah ? apa mau, sekarang gadget atau laptop lu yang gua hancurin ?!”, gertak ku memasuki kamar Karel tanpa permisi.
            Karel yang sedang mengerjakan PR nya hanya menatapku heran.
            “Woe, kenapa lu diem ? sini buruan mana kunci gue ?”
            “Gak ada, Bid ! gua gak tau soal kunci lu itu !”
            “Gak usah sok bego deh ! gua tau ini ulah lu !”
            “Terserah !”, Karel sinis dan melanjutkan menulis.
            Aku menghampiri Karel, dan merampas bukunya lalu ku robek semuanya.
            “Ooooey ! PR Gua ! itu tadi udah mau selesai, trus lu rusakin ? gila lu !”
            “Sekarang kita impas !”, ucapku enteng lalu melangkah keluar dari kamarnya.
            “Bid, lu mau kemana ?”, Karel tiba-tiba menghampiriku saat aku ingin keluar rumah.
            “Bukan urusan lu ! yang jelas, gua males tinggal disini !”
            “Emang, kncinya udah ketemu ?”
            “Udah. Ada di saku celana gue ternyata !”, ucapku tanpa rasa berdosa sama sekali.
            “What ? jadi kunci itu ada di kantong celana lu, trus lu demonya ke gua, udah gitu ngerusak tugas gue lagi ! gila lu !”
            “Eh, lu tuh kayak ibu-ibu yah, ngomel mulu! Udah awas, gue mau pergi !”
            “Lu gak bakal kemana-mana ! Bid, ingat kata mama, kita harus focus sekolah, jadi orang sukses, bikin papa mama bangga ! tapi, dengan sikap lu yang kayak begini, bagaimana mereka bisa bangga ? yang ada mereka kecewa ! kecewa ngeliat gua gak berhasil jadi kakak yang baik, yang bisa arahin lu ! please Bid, jadi Bidi yang dulu !”, aku terdiam mematung sepertinya kata-kata Karel menyentuhku. Tuhan, bisakah aku menjadi seperti dulu ?.
            Karel memeluk ku, “Bid, gua sayang sama lo !”, bisiknya namun tampak jelas di telingaku. Tapi aku kaku, sama sekali tak membalas pelukannya.
            Jam menunjukkan pukul 07.53 malam, waktunya makan malam. Di luar sana sedang hujan. Karel menuju kamar ku, bermaksud mengajakku dinner bersama. Tapi di dalam tak ada siapa-siapa. Hanya selembar kertas yang bertuliskan
Rel, malam ini gua ada kompetisi. Please izinin gua sekali ini. Dan lu gak usah sok nungguin atau nyusulin gua lagi !
            Tapi, Karel mengabaikan suruhan ku itu, dia malah menyusulku.
~~o0o~~o0o~~
Vero…

Tristan…

Bidi…

Begitulah suasana ramai orang-orang di tempat ini. Mereka menyoraki pembalap yang mereka sukai. Karel melihat sekeliling, tidak ada Bidi ! ia terus mecari ku dengan berkeliling.
            Ketiga motor dengan pemiliknya masing-masing telah stand by di garis start. Bersiap untuk berlomba. Karel terlihat cemas dan kebingungan, entah apa yang sedang menyelimuti hatinya hingga segelisah itu.
            1…2…3… Mulai !!!
            Untuk sementara, aku memimpin. Tapi apa ini ? kenapa rasanya ada yang aneh ? apa yang terjadi dengan motor ini ? matilah aku, aku benar-benar tidak bisa berhenti ataupun berbelok. Padahal di depan adalah sebuah danau. Kalau aku terus, aku akan tercebur kesana, dan mungkin aku akan mati. Aduh, bagaimana ini ? aku hampir tidak bisa berfikir, ditambah lagi hujan yang menghalangi pandanganku. Tubuhku dipenuhi keringat dingin. Aku benar-benar takut.
            Tiba-tiba seseorang muncul di depan sana. Ia membuka lengannya dengan lebar, seperti ingin menghalangi sesuatu(?) eh, tapi tunggu! Bukankah dia Karel ? dia ingin menghalangiku agar tak jatuh ke danau itu ? tapi bagaimana dengannya ?
            Aku belum sempat berfikir, tapi motor itu telah benar-benar sampai disana. Aku terjatuh dari motor sial itu. Sedangkan Karel? Ia terpental jauh karena tertabrak oleh motor ku. Tanpa pikir panjang, aku menghiraukan sakitnya kaki ku karena jatuh tadi, aku segera menghampiri tubuh kakak ku yang tergeletak bersimbah darah. Aku tak percaya, apa yang telah ku lakukan ? aku membunuhnya ?
            Aku memeluk tubuh Karel dengan erat, dengan tak henti-hentinya air mata itu terjatuh. Aku menyesal, kini aku tak merasakan lagi detak jantungnya. Tuhan, apakah dia meninggalkan ku ?
~~o0o~~o0o~~
            Pagi ini, aku terduduk di samping sebuah liang lahat yang tanahnya masih merah. Di depan nisan yang bertuliskan nama kakak ku.
            Aku menangis menyesal di bawah hujan yang lagi-lagi turun sangat deras pagi ini. Sepertinya hujan pun ikut berduka, menemaniku dalam kesedihan. Tuhan, mengapa kau mengambil nyawa nya ? mengapa bukan aku saja? Adik macam apa aku ini? Aku bahkan tak pernah memanggil Karel dengan sebutan kakak lagi sejak mama papa pergi 3 tahun lalu. Aku tak pernah menghormatinya, aku selalu menyakitinya, membuatnya susah, membuatnya dimarahi, bahkan sering aku membuatnya menangis. Tapi apa? Sekarang dia pergi, pergi untuk selamanya, hanya karena menyelamatkan ku? Adik yang paling ia sayangi.
~~Flashback Off~~
            Itulah peristiwa yang ku maksud. Kecelakaan itu terjadi di sabtu malam yang sedang hujan. Karena itulah aku selalu mengingatnya di kala hujan turun. Malam itu, Karel mendengar bahwa Tristan dan teman-temannya telah menyabotase motorku agar aku tak menang. Dasar licik mereka ! padahal aku ingin sekali memenangkan kompetisi itu, karena hadiahnya yang cukup besar. Yang bisa mengganti uang yang ku hamburkan selama ini. Sudah ku bilang kan, siang itu aku benar-benar memikirkan kata-kata Karel. Aku bertekad, bahwa pertandingan malam itu akan menjadi balapan terakhir jika aku menang. Tapi justru kompetisi itu menjadi balapan terakhir ku karena kakak ku meninggal.
            Mungkin itu semua adalah takdir Tuhan. Takdir yang sangat tidak ku harapkan. Tapi, mulai saat itu, aku berjanji akan ku ukir senyum bangga untuk kakak ku, juga untuk mama dan papa. Aku tidak akan melakukan hal yang tidak ia sukai. Aku akan menjadi Bidi yang dulu. Aku akan sekolah serius. Dan aku akan menghormati tante Arini. Aku ingin, kesempatan yang Kak Karel berikan untukku ini, tidak sia-sia. Tersenyumlah kakak ku. J

~~The End~~

Jelek kan ? gaje kan ? sorry mbak, gue masih penulis amatiran belum handal :D ! papay ajah deh !

Visit : http//nurfadilahsawal.blogspot.com

Cerpen Super 7 Sebingkai Senyum untuk Kakak Ku [Original Version] By : Nur Fadilah Syawal



Karena Villa Hantu yg udah ku share di fp ku ilang, dan padahal belum aku save , jadi share cerpen ajah dulu, sambil nunggu mood untuk ngetik ulang balik :3


>>Senyuman Terakhir<<
~Sebingkai Senyum untuk Kakak Ku~

Cast :
BD
Karel
(nama kamu)
and other cast

~No Copas
~No Maling
~No Edit
~No ngaku2
~Nobody Nobody But You
♫♪♫( ´▽`) (^_^) (^_^) *cuma nyanyii *

..Like before read !!
Boleh d share, tpi jangan d copas , apalgi ngedit !
Ɣg copas + edit , gua sumpain JERAWATAN SEUMUR HIDUP , amiin


Semua
Ɣg ku lakukan , demi kebaikan mu ...
Aku hanya ingin
Ɣg terbaik untuk mu ....
Karena aku kakak mu ...


~
BD's POV~

Aku melangkah perlahan menuju pintu. Mungkin, jika ada orang
Ɣg melihatku, mereka akan mengira ku adalah pencuri. Bagaimana tidak, malam sudah sangat larut saat ini. Jam digital ϑΐ tangan ku menunjukkan pukul 23.52. Ditambah lagi tingkah ku Ɣg layaknya seseorang Ɣg sedang mengendap-endap.

Aku memang sengaja seperti ini, agar tak satu pun orang
ϑΐ rumah mengetahui kehadiran ku. Aku lelah untuk mendengar ocehan mereka jika melihat ku baru pulang jam segini.

Ciiiiiiittt....

Perlahan pintu rumah kubuka. Suasana rumah saat ini sangat gelap. Tak ada satu pun lampu
Ɣg menyala. Pasti semuanya sudah tidur. Itulah Ɣg aku harapkan . Aku pun menutup pintu saat seluruh bagian tubuhku berada ϑΐ dalam. Tiba2 saja lampu ruang tamu menyala ...

Ku lihat, tante Arini sudah ada tepat
ϑΐ depan ku. Uuuh.. Mati lah aku !!!

"Darimana saja kamu, Bid ?", tnya Tante Arini langsung to the point.
"Biasalah tant, tante kayak gak tau ajah !", BD memasang ekspresi cueknya.
"Sudah
Βerapa kali tante bilang, kamu jangan teruskan hobby balapan kamu Ɣg boros itu ! Apalagi, kebiasaan kamu itu bukan hanya membuang-buang uang, tpi jga membuang-buang waktu. Ingat Bid, status kamu itu masih pelajar ! Kalau setiap harinya kamu pulang malem kayak gini, kapan ada waktu kamu buat belajar ??!", omel tante Arini pada ku.
"Apa lo bilang ? Gua , hamburin uang ? Trus, biaya kuliah lo itu apaan ? Lo jga make2 duit bokap nyokap gue, lo pikir, lo siapa ? Gue sih mending, gue anaknya, nah ello ? Lo cma adek nyokap
Ɣg bisanya cuma gangguin hidup gue !", sanggah ku dgan kata2 mutiara Ɣg sedemikian indahnya *baca : kata2 kurang ajar * .
Mendengar kata2 ku tdi, tante Arini langsung diam tanpa kata. Hahahah, skakmat !! Aku menang \(ˆ
ˆ)/ !.

Lalu aku segera melangkahkan kaki ku menuju lantai atas, kamar ku.

Aku terkejut melihat Karel ada
ϑΐ tempat tidur ku. Mengapa dia tidur disini ? Apa dia tdak punya kamar ? Atau kamarnya lagi kebajiran, jdi dia ngungsi kesini ? Tapi kayaknya gak mungkin, kalo kamar Karel kebanjiran, pasti kamar gua juga kena, kan kamar kita berhadapan . Trus, ngapain dong nih anak numpang disini ??

"Woooe ! Bangun lo ! Ngapain sih lo disini ?", ucap ku membangunkan Karel dgan sedikit kasar.

"BD ? Akhirnya lo pulang juga ! Gua dritadi nungguin lo !", Ucap Karel sambil bangkit dri tidurnya.

"Ngapain lo nungguin gua ?"

"Lah, kan lu adek gua ! Gua khawatir, lu knapa-napa ! Pasti, lu dari balapan lagi kan ?"

"Iyah ! Emang nhapa ? Dih, gak usah sok care deh lo, sejak kapan, lu peduli sama gua ?"

"Gua selalu khawatirin lu, Bid ! Lu jangan pura2 lupa deh !"

"Oh really ? I don't care !"

"Bid, lu kok jdi kayak gini sih ?! Mana BD
Ɣg dulu ? BD adek gua Ɣg lembut, gak pernah kasar sama orang tua ! Inget Bid, papa sama mama pasti kecewa sama lu Ɣg sekarang !"

"Argghh, lu tuh sama ajah sama si tante Arini itu ! KerjaanNya ngoceh mulu ! Udah sono lu keluar, gua capek tau !" , aku mendorong Karel dgan kasar untuk keluar dri kamar ku.

Dgan terpaksa, ia melangkah keluar. Lalu saat ia
ϑΐ luar, Aku membanting pintu, tepat ϑΐ depan wajahnya. Rasanya, ada kepuasan tersendiri untukku. Hahahahaah, aku puas tlah melakukan itu padanya, lagi lagi aku menang (~ˆˆ)~ ~(ˆˆ)~ ~(ˆˆ~).

Karel's POV

Anak ini benar2 keterlaluan, apa dia tidak sedikit pun menghormati ku ?? Aku ini kakakNya ! Kakak kandungNya ! Dasar Biddiiii ! Rasanya tdi itu aku ingin sekali menonjokNya, habisNya dia berani2nya ngomong gitu
ϑΐ depan ku ! Tpi, bukan kekerasan cara untuk membuat BD berubah ! Malah, sepertiNya itu akan makin merenggangkan hubunganku dgan adik sematawayang ku itu.
Yasudahlah, lebih baik aku kembali ke kamar.

Aku merebahkan tubuhku
ϑΐ kasur empuk milikku. Huufth~ rasanya sungguh nyaman, mungkin karna aku lelah.

DRRRRTTT ...
DRRTT ..
Suara getaran itu ! Aku mengenalnya ! Itu suara getaran handphone ku. Kalo ku dengar dri getarannya
Ɣg panjang, bisa ku tebak bahwa seseorang pasti menelfon ku ϑΐ hp itu.
Tpii, dmana benda itu sekarang ?
Oh yah, aku baru ingat, tadi siang, saat aku bertengkar sama BD, handphone ku sempat
ϑΐ bantingNya ke lantai. Sepertinya, hp itu rusak, tpi, mengapa masih bergetar ???
Ku coba merunduk untuk mencarinya, untunglah hp itu bergetar, jdi aku bisa dgan mudah mendeteksi keberadaannya. Benda itu kini tergeletak dekat sekali dgan kolong tempat tidur, mungkin sejengkal lagi ia berada
ϑΐ bawah sana.
Saat aku meraihNya, saat itu juga handphone itu berhenti bergetar. Dari layar hp
Ɣg sudah retak karna benturan tadi siang itu, Ku lihat ada 23 missed call, 11 new message dan -ВВМ™ dri (nama kamu).
Cepat2 aku menelfonNya balik. Karna pasti dia punya keperluan sehingga menghubungi ku sedemikian sering. Kebetulan jga tdi aku memang berniat menelfonnya, hanya saja aku takut, ia sudah tidur, karna sekarang memang sudah cukup larut.

"Hallo ", Ku dengar suara seorang gadis dri seberang sana. Tidak salah lagi, tentunya dia (nama kamu).
"Hallo sayang ada apa kok kamu nelfonin terus, sorry yah aku gak angkat, soalnya sejak aku makan malam tadi, aku langsung ke kamar BD , nungguin dia pulang !!", jelas ku tanpa
ϑΐ tanyai.
"Iyah , iyah ! Nggak papah kok, Rel ! Aku cma khawatir ajah, soalnya ku dengar dri tante Arini, kamu dan BD bertengkar lagi tadi siang ! Benarkah ?", tanya (nama kamu) padaku. Yah, (nama kamu) memang kekasih ku. Sudah 8 bulan ini. Kami pacaran. Sejak itu, (nama kamu) sudah tau semua masalah ku dgan adikku BD.
Aku tidak pernah segan curhat padanya. Bahkan aku sering menangis
ϑΐ depannya saat aku mengingat keluarga ku Ɣg kini berantakan. Dan saat seperti itu, (nama kamu) selalu punya cara untuk menenangkan dan menghiburku. Seperti saat ini...

"Iyah, itu benar !", jawab ku lesu
"Ada apa lagi emangnya ?", (nama kamu)
"Tadi siang, aku nyembunyiin kunci motorNya dia, soalnya aku gak mau kalo dia balapan lagi. Tapi, dia malah ngacak2 kamar aku, trus nyita hp aku. Yah, kita adu mulut, berantem gitu, dan dia ngancem, kalo kunciNya gak aku kasih, hp aku
ϑΐ banting, awalnya aku gak mau, kalo cuma hp mah gak papah, dripada dia bahayain dirinya lagi, main balap2. Tpi, masalahnya dia jga ngancem gak pengen pulang lagi ke rumah. Yah, jdi aku kasih deh, tpi pas itu kunci ada ϑΐ tangannya dia, dia malah ngebanting hp aku, dan pergi gitu ajah .", aku mengakhiri ceritaku Ɣg sangat miris itu.
"Kamu
Ɣg sabar yah say, Entah apa Ɣg bisa kita lakuin untuk ngerubah adik kamu itu !", (nama kamu)
"Iyah, say. Aku juga gak tau, aku gak punya ide lagi . Eh iyah, kamu kok belum tidur sih ?"
"Hmm... Aku gak bisa tidur sebelum denger kabar kamu hari ini. Ywdah, aku tidur yah skarang, sampe ketemu besok d sekolah ", (nama kamu)
"Okey, Nice dream , princess "
"Too, my prince "


Pasti kalian tidak percaya, bahwa BD itu awalnya anak
Ɣg baik dan lembut. Tpii, semenjak orang tua kami meninggal, dia jdi urak2an, hobby balapan, buang2 uang. Padahal dia tahu, harta Ɣg kami miliki tdak akan bertahan lama, karna papah udah gak ada. Gak ada Ɣg ngurusin perusahaan. Papah bilang, saat aku dan BD besar nanti kami Ɣg akan mengurusi perusahaan itu, tpi kan sekarang aku masih klas 3 SMP, ngerjain tugas matematika saja aku tidak bisa, apalagi soal perusahaan. Aku udah sering melarang BD, karna hobby balapannya itu selain buang2 uang, membahayakan, dan membuang waktunya ! Dia itu masih berstatus anak sekolah, tpi lebih banyak waktuNya tersita untuk balapan. Bahkan sering sekali dia bolos. Guru2 sering memarahiku karna ulahnya. Aku pun sudah capek, sekarang terserah dia lah, mungkin aku harus nurutin dia, tidak perlu memperdulikannya.
Satu lagi sifat BD
Ɣg tdak ku suka, dia sering kurang ajar pada tante Arini. Padahal, selama mama papa meninggal hanya tante Arini Ɣg selalu ada untuk kami. Tante Arini itu adik papa, umurnya kira2 24 tahun. Dia sekarang lagi sibuk kuliah. BD sering mengatainya sebagai penghabis keluarga kami, padahal uang Ɣg tante Arini gunakan adalah harta warisan bagiannya. Tpii BD selalu sja mengatakan kalau tante Arini hanya buat susah.

~~o0o~~o0o~~
Esoknya pulang sekolah ...

"Woe, lu ngumpetin kunci motor gua lagi yah ? Apa mau, sekarang gadget sama laptop lu gua hancurin lagi ?", ucap BD memasuki kamar ku tanpa permisi.
Aku
Ɣg sedang mengerjakan PR ku hanya menatapnya heran. Bukannya tdi kelas 7 pulang lebih awal dri kelas 9, bagaimana cara aku menyembunyikan kunciNya ?.
"Woe, knapa lu diem ? Sini buruan kasi kunci itu ke gue !"
"Gak ada, Bid ! Aku gak tau soal kunci lu itu !"
"Gak usah sok bego deh ! Gua tau, ini ulah lu !"
"Terserah ! Gua gak perduli !", ucapku sinis. Sambil terus menulis.
Tiba2 BD mendekatiku, dan merampas buku ku lalu merobek-robekNya.
"Oooey , PR gua !! Itu tdi udah mau selesai, dan lu rusakin ? Gila lu !"
"Sekarang kita impas !" , BD melangkah keluar dri kamar ku. Aku hanya termenung memandangi buku ku
Ɣg kini menjadi serpihan kertas.
"Aku gak boleh lemah ! Aku harus bikin BD berubah lagi !", tekadku dlm hati. Lalu aku mengejar adikku, BD itu.

"Bid, lu mau kemana ?", tanya ku padanya.
"Bukan urusan lu !
Ɣg jelas gua males tinggal disini !"
"Emang kunciNya udah ketemu ?"
"Udah ! Ada
ϑΐ saku celana gue !"
"What ? Jdi kunci itu ada
ϑΐ kantong celana lu, trus lu demo2nya ke gue, udah kita ngerusakin tugas gue lagi ! Emang gila lu !", omel ku
"Eh, lu tuh kayak ibu2 yah, ngomel mulu ! Udah awas gua mau pergi !", BD
" Gak ! Lu gak bakal kemana-mana ! Bid, ingat kata mama, kita harus fokus sekolah, jadi orang sukses, bikin papa mama bangga ! Tapi, dgan sikap kamu
Ɣg kayak begini, bagaimana mereka bisa bangga ? Pasti mereka kecewa liat kamu , Bid. Mereka kecewa ngeliat gua gak berhasil jdi kakak Ɣg baik, Ɣg bisa arahin lu ! Please, Bid , jadi BD Ɣg dulu ! Ɣg pinter, baik, sayang keluarga, gak kayak sekarang !"
BD terdiam mematung. Mungkin kata2 ku menyentuhnya. Tuhan, semoga ia benar2 menjadi baik seperti dulu .
Aku menepuk pundaknya, "Bid, gua sayang sama lo !", ucap ku memeluknya. Aku hanya merasakan BD
Ɣg kaku, Ɣg sama sekali tak membalas pelukan ku.

@@@
Jam menunjukkan pukul 07.53 malam, waktunya makan malam untuk ku.
Aku keluar kamar dan melewati kamar BD. Makan malam bersamanya kurasa bukan ide buruk. Untuk itu, aku memasuki kamarnya.
Tp didalam sana tdak ada siapa2. Hanya selembar kertas
ϑΐ atas meja.

_ Rel, malam ini gua ada kompetisi. Please izinin gua sekali ini. Dan lu, gak usah sok nungguin atau nyusulin gua lagi !_

"Kok perasaan gua gak enak yah . Gua harus nyusul BD !", aku pun segera pergi menyusul BD.

###

Veroo....

Tristan .....

BD ....

Begitulah suasana ramai orang2
ϑΐ tempat ini. Mereka menyoraki pembalap Ɣg mereka sukai. Karna hari ini, adalah kompetisi bergengsi Ɣg ϑΐ buat oleh Tristan and the genk.
Aku melihat sekeliling, tak ada BD ! Dimana anak itu ? Lebih baik aku berkeliling untuk mencarinya.

@@@
"Tenang ajah, motornya sii BD itu udah gua sabotase ! Jdi, jangan khawatir, kamu bakal jdi pemenang, dan si BD itu bakal ke neraka secepatnya !", sayup2 suara itu ku dengar.
Astaga benarkah itu ? Ada
Ɣg ingin mencelakai BD ? Bagaimana ini ?

~~o0o~~o0o~~
Ketiga motor dgan pemilikNya masing2 telah stand by
ϑΐ garis Start. Bersiap untuk berlomba. Tpi, bagaimana dgan motor BD ? BD gak boleh ikut kompetisi itu dgan motor itu ! Bisa2 BD kecelakaan nanti !. Aku memutar otak, bagaimana caranya agar BD mau tdak ikut kompetisi ini ...!

BD's POV
Pertandingan hampir
ϑΐ mulai. Seorang gadis cantik siap memberi aba2 mulai menggunakan sapu tangannya dan, 1 2 3 ... Mulai !!

Untuk sementara aku memimpin. Tapi apa ini ? Knapa rasanya ada
Ɣg aneh ? Apa Ɣg terjadi dgan motor ini ?

Matilah aku, aku benar2 tdak bisa berhenti ataupun berbelok. Padahal
ϑΐ depan adalah sebuah danau. Kalau aku terus, aku akan tercebur kesana, dan mungkin aku akan mati. Aduh, bagaimana ini ? Aku hampir tidak bisa berfikir lagi, tubuhku ϑΐ penuhi keringat. Aku benar2 takut.

Tiba2 seseorang muncul
ϑΐ depan sana. Ia membuka lengannya dgan lebar, seperti ingin menghalangi sesuatu ?? Eh, tapi tunggu ! Bukankah dia Karel ? Dia ingin mengahalangi ku, agar tak jatuh ke danau itu ? Tapi, bagaimana dgannya ??

Aku belum sempat berfikir, tiba2 motor tlah benar2 sampai disana. Aku terjatuh dri motor sialan itu, sedangkan Karel terpental jauh karna tertabrak oleh motorku.
Tanpa pikir panjang, aku menhiraukan sakitnya kaki ku karna jatuh tadi, aku segera menghampiri tubuh kakak ku
Ɣg tergeletak bersimbah darah. Aku tak percaya, apa Ɣg tlah ku lakukan ? Aku membunuhnya ?

Aku memeluk tubuh Karel dgan erat, dgan tak henti2nya air mata itu terjatuh. Aku menyesal, aku tak merasakan lagi detak jantungnya. Tuhan ? Apakah dia meninggalkan ku ?

###
Pagi ini, aku terduduk
ϑΐ samping sebuah liang lahat Ɣg tanahNya masih merah. Θΐ depan nisan Ɣg bertuliskan nama kakak ku.

Aku menangis menyesal
ϑΐ bawah hujan Ɣg turun sangat deras pagi ini. Sepertinya hujan pun ikut berduka, menemaniku dalam kesedihan. Aku menyesal .. Tuhan, mengapa kau ambil nyawa nya ? Mengapa bukan aku saja ? Adik macam apa aku ini ? Aku bahkan tak pernah memanggil Karel dgan sebutan Kakak lagi setelah mama papa pergi 3 tahun lalu. Aku tak pernah menghormatinya, aku slalu menyakitinya, membuatnya susah, bahkan sering aku membuatnya menangis. Tapi apa ? Dia pergi, pergi untuk selamanya, hanya karna menyelamatkan ku ? Adik Ɣg paling ia sayangi.

Kak, aku berjanji, mulai saat ini, akan ku ukir senyum bangga untukmu, jga untuk mama dan papa. Aku tdak akan melakukan hal
Ɣg tak kau sukai lagi. Aku akan menjadi BD Ɣg dulu. Aku akan sekolah serius lagi. Dan aku akan menghormati tante Arini.

Aku ingin, kesempatan hidup
Ɣg kau berikan untukku ini, tdak sia-sia .. Tersenyumlah kakak ku ....

~The End~

Gimana ? Berantakan yah ? Ancur banget yah ? Lebay yah ? Sorry deh, aku bukan penulis handal

Hargai yah ! LEMPAR KULKAS MU KE TOMBOL LIKE !!!

..::own'dylah::..
Top of Form